admin | 02 Desember 2021

PROFIL KELURAHAN KEPATIHAN KULON

a.    Visi           :

Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat yang bertumpu pada Pelayanan Prima, Pemberdayaan, Pembangunan dan Kemasyarakatan dengan memperhatikan kelestarian budaya dan lingkungan

b.    Misi          :

1.Mengembangkan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan sektor riil, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan koperasi (UMKM)

2.     Mengembangkan Seni dan Budaya Lokal berdasarkan nilai-nilai budaya Jawa

3.     Meningkatkan pelayanan dan perluasan pelayanan akses masyarakat di bidang pendidikan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini

4.     Mendukung pelaksanaan program perluasan pelayanan akses masyarakat di bidang kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat serta menekan kematian ibu dan bayi

5.     Menjaga dan memelihara kondusifitas keamanan wilayah

6.     Meningkatkan mutu infrastruktur dan prasarana jalan yang menunjang kelestarian lingkungan

 

7. Menjadikan kelurahan yang unggul, modern, dibidang pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat

 

Sejarah Berdirinya Kelurahan

PEPATIH DALEM KASUNANAN SURAKARTA

Pepatih dalem di Kasunanan meneruskan tradisi sebelumnya, dimana pada saat pemerintahan di Kartasura, raja saat itu (Pakubuwana II) telah dibantu oleh Patih bernama Kanjeng Raden Adipati Pringgalaya.

Dalam Babad Giyanti dikisahkan :

"Mantrimuka manggalèng bupati Radèn Adipati Pringgalaya lan sang nata wadya ipe patih lêbêt winuwus nama Sindurêja Dipati"

(Pemuka para mantri (mahamantri atau pepatih dalem) dan pemimpin para bupati bernama Raden Adipati Pringgalaya, yang merupakan saudara ipar sang raja. Ia dibantu Patih dalam bernama Adipati Sindureja).

Keduanya bertugas melakukan survey lokasi kraton baru di timur Kartasura sehingga dipilih Desa Sala, memimpin pemindahan/boyong kedaton sekaligus membangun kraton baru disitu.

Pepatih Dalem selanjutnya akan terus dipilih untuk mendampingi Susuhunan sebagai perantara dengan Kumpeni. Nama patih tidak selalu memakai satu nama sebagaimana di Yogyakarta, tetapi yang terbanyak adalah dari keturunan Sasradiningrat (I - V). Tercatat ada 16 pepatih dalem sejak periode Pakubuwana II (1742) hingga PB XI (1945).

 

LOKASI


Lokasi Kepatihan Surakarta sendiri berpindah-pindah seiring dengan waktu dan kebijakan raja yang memerintah saat itu. Awalnya Kepatihan memakai bangunan nDalem Sindurejan di Pura Mangkunegaran, kemudian dipindah ke nDalem Jayanegaran oleh Raden Adipati Jayanegara sebelum akhirnya dipindah lagi karena tempat tersebut akan dijadikan permandian raja oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII.

Pada masa jabatan Raden Adipati Sosrodiningrat IV, kompleks Kepatihan menempati lokasi seperti terlihat sekarang. Letak nDalem Kepatihan berada di perbatasan kotapraja dengan daerah pinggiran, namun memiliki kontur tanah yang bagus. Kompleks tersebut kini secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Kepatihan Wetan dan Kelurahan Kepatihan Kulon di Kecamatan Jebres, Kotamadya Surakarta.

GAMBARAN bangsal Kepatihan yang telah musnah :

Kepatihan Surakarta digambarkan sebagai kompleks perkantoran sekaligus rumah patih yang bangunannya menyerupai miniatur Keraton Kasunanan Surakarta. nDalem Kepatihan memiliki alun-alun kecil dengan dua buah lengkungan baja sebagai gerbang penyambutan menuju gerbang utama. Di sisi barat lengkungan terdapat garasi kereta dan kandang kuda. Gerbang utama Kepatihan sendiri berukuran sangat besar, dibuat mirip pintu masuk samping baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta.

Tembok tinggi dan tebal tersebut mengintari dan melindungi bangunan-bangunan yang ada di nDalem Kepatihan. Di balik benteng itulah pernah berdiri sebuah pendapa megah dengan taman yang indah dan kolam berhiaskan patung buatan Eropa di depannya. Dari sana bisa mengakses ke bangunan-bangunan yang lain, seperti perkantoran, tempat tinggal patih, hunian abdi dalem Kepatihan, dan tempat penyimpanan artefak dan arca.

DAFTAR Pepatih Dalem Surakarta :

1742-1755 KRA Pringgalaya            (zaman PB II s.d PB III, Kartasura & Surakarta)

1755-1769 KRA Mangkupraja I        (zaman PB III)
1769-1782 KRA Sasradiningrat I      (zaman PB III)
1782-1784 KRA Sindureja               (zaman PB III)
1784-1796 KRA Jayadiningrat          (zaman PB III & PB IV)

1796-1804 KRA Mangkupraja II       (zaman PB IV)
1804-1810 KRA Danuningrat           (zaman PB IV)
1810-1812 KRA Cakranagara           (zaman PB IV)
1812-1846 KRA Sasradiningrat II     (zaman PB IV, PB V, PB VI & PB VII)

1846-1866 KRA Sasradiningrat III    (zaman PB VII & PB VIII)

1866-1887 KRA Sasranagara           (zaman PB IX)
1887-1889 KRA Mangunkusuma      (zaman PB IX)
1889-1916 KRA Sasradiningrat IV    (zaman PB IX & PB X)

1916-.... KPAA Jayanagara              (zaman PB X & PB XI)

...-1945 KPMH Sasradiningrat V       (zaman PB XI)
1945-1946 KRMT Yudanagara          (zaman PB XI & PB XII)

AKHIR KEPATIHAN YANG TRAGIS

Setelah Kemerdekaan RI diproklamasikan, usulan pembentukan Daerah Istimewa Surakarta timbul Gerakan Anti Swapraja yang dipimpin oleh Tan Malaka, pemimpin PKI atau Partai Komunis Indonesia. Tan Malaka tidak menghendaki bentuk feodal yang masih terjadi di Surakarta dan bertujuan merampas tanah-tanah pertanian dan perkebunan milik Kasunanan dan Mangkunegaran agar bisa dimiliki oleh pendukungnya.

Puncaknya adalah penculikan patih dalem K.R.M.A Sosrodiningrat IV pada tanggal 17 October 1945. Dikabarkan bahwa beliau disiksa dan dibunuh. Setelah penculikan terjadi, rumah dan kantor patih dibakar oleh pendukung Gerakan Anti Swapraja.
Kekosongan jabatan patih kemudian digantikan oleh Raden Adipati Yudonagoro. Malangnya, patih yang baru itu juga diculik dan dibunuh pada Maret 1946. Diikuti pembunuhan pejabat-pejabat yang lain, termasuk K.R.M.T.H. Wuryoningrat yang sempat menjabat sebagai patih menggantikan Yudonagoro.

Singkatnya, akibat dari kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Kotapraja, Pemerintah Republik Indonesia membubarkan DIS dan menghapus kekuasaan raja Kasunanan dan adipati Mangkunegaran.

2 tahun kemudian nDalem Kepatihan memang sengaja dihancurkan. Kantor dan kediaman pepatih dalem dibakar oleh rakyat supaya tidak diduduki dan dijadikan markas oleh Belanda pada masa Agresi Militer II tahun 1948. Nasib yang (konon) serupa dengan Kantor Pos Solo yang sengaja dibakar supaya Belanda tak menduduki kota.

Gambaran Umum Kelurahan

Peta Administrasi

Peta Kebencanaan 

Topomini/Penamaan Kampung

KAMPUNG

RW

RT

NJEMPON

001

002

TRUNOEDIPAN

001

005

006

007

PONDOK MESEN

002

003

BANGUNTAPAN (BLUMBANG)

002

005

KEMASAN

002

007

JOYONEGARAN

003

001

JOGOPANGARSAN

003

002

003

KEMASAN ASLI (MBABEN)

003

004

005

006

Gakin / Jumlah dan Persebaran per RW

RW

KELUARGA MISKIN

RENTAN RESIKO SOSIAL

TOTAL

1

26

14

40

2

45

20

65

3

44

62

106

 

211

Kasus Covid-19 s/d Desember 2020

24 Kasus